Hamil Tetap Ikut PLPG 2017, Bu Guru ini Meninggal Dunia Akibat Pendarahan

KABAR GURU--Seorang guru perempuan yang sedang hamil delapan bulan mengalami pendarahan saat mengikuti PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) 2017, di BLK (Balai Latihan Kerja) di Sungai Ulin Banjarbaru, Kalsel, Sabtu (23/9). Sebut saja inisialnya W.

Panitia segera melarikan guru Bahasa Inggris asal Kabupaten Banjar itu ke Rumah Sakit Idaman di Jalan Trikora.W pun terpaksa menjalani operasi sesar. Pada Senin (25/9) dini hari, sang anak lahir. Sayang, nyawa ibunya gagal diselamatkan.
Baca juga : Skema Dibenahi Batas Nilai UKG Minimal 80 Tidak untuk Semua Guru
Sebagian teman W menduga almarhumah kelelahan dan tertekan, menghadapi syarat dan ujian sertifikasi yang kian berat. Temannya, Anton Suhendro, guru Bahasa Inggris dari SMA 1 Martapura membenarkan kabar tersebut. Ia mengakui para guru merasa menjadi korban dari perubahan kebijakan tersebut.

Sebelumnya, untuk lulus ujian sertifikasi seorang guru hanya memerlukan 43 poin dari UTN (Ujian Tulis Nasional). Sekarang ambang batas lulus dinaikkan menjadi 80 poin. Itu belum ditambah pra PLPG selama dua bulan via pembelajaran online. Plus PLPG selama 11 hari, dimana guru harus tidur di asrama dan mengikuti kelas-kelas persiapan UTN. Sementara para guru ini tetap harus menjalankan kewajiban mengajar di sekolah.

"Kami yang lelaki mungkin masih kuat. Tapi bagi para ibu guru, jelas kewalahan. Mereka tetap mengajar di sekolah, ngurus sertifikasi, sembari merawat suami dan anak di rumah," bebernya.

Lalu, mengapa W nekat mengejar sertifikasi padahal sedang hamil tua? Rumornya, tahun depan ada perubahan kebijakan lagi. Bukan sekadar PLPG selama 11 hari, tapi kuliah selama satu semester. Akhirnya, W lebih memilih memaksakan diri tahun ini. "Jadi dilema. Menunggu kelahiran anak atau menempuh kuliah pada tahun depan," pungkas Anton. (jpnn, 28/9)
Hamil Tetap Ikut PLPG 2017, Bu Guru ini Meninggal Dunia Akibat Pendarahan
ILUSTRASI
Bagikan di WhatsApp, Twit, FB, G+